KESAMPAIAN DAERAH
PT. Panca Logam Makmur secara
geografis terletak pada koordinat 04° 38’ 18.70”– 04° 38’ 55.10”
Lintang Selatan dan 121° 53’ 7.30”–121° 54’ 59.6” Bujur Timur. Secara administratif daearah
penyelidikan terletak di bagian Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya
berada pada Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana,
Propinsi Sulawesi Tenggara. Dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan beroda dua atau beroda empat
dengan jarak ±20 km dari Kota Bombana dan waktu tempuh ± 1 jam.
KEADAAN IKLIM
Lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) bahan galian emas PT. Panca
Logam Makmur yang terletak di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara, secara klimatologi
masuk kedalam Stasiun Hukaea. Perubahan yang mungkin terjadi akibat kegiatan
pertambangan ini hanya pada iklim mikro. Kondisi iklim mikro ini meliputi
temperatur, kelembaban dan evapotranspirasi yang kesemuanya dipengaruhi oleh
curah hujan, hari hujan dan kecepatan angin.
Berdasarkan hasil perhitungan data
CH pada Stasiun Hukaea didapatkan curah hujan tahunan di Kecamatan Rarowatu
Utara sebesar 743.1 mm/tahun, dan jumlah hari hujan sebesar 78.4 hari. Berdasarkan
data curah hujan pada Satsiun Hukaea maka diperoleh curah hujan yang paling
tertinggi terdapat pada bulan juni dengan rata-rata curah hujan 111.6 mm/bulan
dan curah hujan yang terendah terdapat pada bulan oktober dengan rata-rata
curah hujan sebesar 15.4 mm/bulan.
Kondisi temperatur udara di Kecamatan
Rarowatu Utara Kabupaten Bombana berkisar antara 23-27.3o C dengan
kelembaban relatif bulanan selam 10 tahun terakhir berkisar 71.5-86.5 %. Evapotranspirasi
berkisar 2.5-4.9 mm/hari. Kecepatan angin berkisar antara 4.6-7.7.
KEADAAN LINGKUNGAN
Topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan
bergelombang dengan ketinggian sekitar 75 sampai 400 m dpl. Daerah ini dialiri
oleh sungai-sungai utama berupa Sungai Watu-watu dan Sungai Inotunowua.
GEOLOGI REGIONAL LOKASI IUP
Secara fisiografi daerah IUP termasuk ke
dalam dua mandala geologi yaitu mandala Sulawesi Timur dan Mandala Tukangbesi-Buton.
Mandala Sulawesi Timur ditandai oleh batuan ultramafik, mafik dan batuan
malihan sedangkan Mandala Tukangbesi-Buton ditandai oleh batuan sedimen
pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan. Batuan tertua dari Mandala
Anjungan Tukangbesi-Buton berupa batuan alas malihan yang terdiri dari sekis
mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amphibolit dan genes berumur
Permo-Karbon. Di atasnya menindih tidak selaras Formasi Meluhu (Lembar Muna)
yang terdiri dari batugamping hablur dengan sisipan filit dan setempat sisipan
kalsilutit rijangan. Kedua formasi diperkirakan berumur Trias Akhir sampai Jura
Awal.
Di atas kedua mandala yang saling bersentuhan diendapkan
secara tak selaras Formasi Langkowala yang terdiri dari batupasir dan
konglomerat yang saling menjemari yang diperkirakan berumur akhir Miosen
Tengah. Diatasnya menindih selaras Formasi Eemoiko yang terdiri dari
batugamping koral, kalkarenit, batupasir gamping, napal, dan Formasi Boepinang
yang terdiri dari batulempung pasiran, napal pasiran dan batupasir. Kedua
formasi tersebut berumur Miosen Akhir sampai Pliosen. Di atas kedua formasi ini
ditindih tak selaras oleh Formasi Alangga yang terdiri dari konglomerat dan
batupasir yang belum padat dan Formasi Buara terdiri dari terumbu koral,
setempat lensa konglomerat dan batupasir yang belum terkonsolidasi sempurna.
Kedua formasi ini saling menjemari berumur Pliosen. Satuan batuan termuda
adalah endapan sungai, rawa, dan kolovium.
Aktifnya kembali Sesar Sorong yang berarah hampir
timur-barat pada Kala Oligosen, mengakibatkan terbentuknya sesar-sesar dan
kelurusan pada lengan Sulawesi Tenggara (Simanjuntak dkk, 1983). Diantaranya Sesar Lasolo berarah
barat laut-tenggara merupakan sesar geser mengiri, dan Sesar Muna berarah barat
laut-tenggara merupakan sesar geser menganan.
Adanya sesar sungkup yang terdapat di Pulau Kabaena yang berarah hampir barat timur mensesarsungkupkan kompleks ultramafik keatas kompleks pompangeo dan sedimen sedimen malihan Kabaena yang diduga terjadi pada Mesozoikum. Di daerah Buton Utara terdapat sesar utama berarah barat laut-tenggara yang mempunyai arah sejajar dengan arah memanjangnya tubuh batuan Pra Tersier dan sumbu cekungan sedimen Miosen. Tektonika di daerah ini berkembang sejak Pra Miosen (Formasi Tondo) dan berlanjut sampai Formasi Sampalakosa terendapkan. Pada akhir Oligosen Mintakat Buton bertubrukan dengan Mintakat Sulawesi Tenggara yang menyebabkan terjadinya perlipatan kuat dan sesar naik pada batuan Pra Miosen. Kegiatan ini diikuti dengan rumpang sedimentasi hingga Miosen Awal. Pada Miosen Tengah terbentuk Formasi Tondo yang bercirikan endapan darat pada Buton Utara. Sedangkan pada Buton Tengah berupa endapan turbidit distal. Sedimentasi berlanjut pada Pliosen dengan terendapakannya Formasi Sampolakosa. Kegiatan tektonik pada Plio-Pleistosen mengakibatkan terlipatnya batuan Pra Pliosen dan menggiatkan kembali sesar yang terbentuk sebelumnya.
Adanya sesar sungkup yang terdapat di Pulau Kabaena yang berarah hampir barat timur mensesarsungkupkan kompleks ultramafik keatas kompleks pompangeo dan sedimen sedimen malihan Kabaena yang diduga terjadi pada Mesozoikum. Di daerah Buton Utara terdapat sesar utama berarah barat laut-tenggara yang mempunyai arah sejajar dengan arah memanjangnya tubuh batuan Pra Tersier dan sumbu cekungan sedimen Miosen. Tektonika di daerah ini berkembang sejak Pra Miosen (Formasi Tondo) dan berlanjut sampai Formasi Sampalakosa terendapkan. Pada akhir Oligosen Mintakat Buton bertubrukan dengan Mintakat Sulawesi Tenggara yang menyebabkan terjadinya perlipatan kuat dan sesar naik pada batuan Pra Miosen. Kegiatan ini diikuti dengan rumpang sedimentasi hingga Miosen Awal. Pada Miosen Tengah terbentuk Formasi Tondo yang bercirikan endapan darat pada Buton Utara. Sedangkan pada Buton Tengah berupa endapan turbidit distal. Sedimentasi berlanjut pada Pliosen dengan terendapakannya Formasi Sampolakosa. Kegiatan tektonik pada Plio-Pleistosen mengakibatkan terlipatnya batuan Pra Pliosen dan menggiatkan kembali sesar yang terbentuk sebelumnya.
GEOMORFOLOGI
Satuan perbukitan curam
Satuan ini menempati bagian Selatan dari daerah
penyelidikan, dengan pelamparan sekitar 34%, dengan ketinggian antara 100
sampai 300 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan rata-rata 35-55 ° Satuan morfologi ini dicirikan dengan relief
yang terbiku kuat dan memiliki pola aliran denritik. Batuan penyusun batuan ini
berupa batuan resisten dari batuan metamorfik.
Satuan perbukitan agak
curam
Satuan ini menempati bagian tengah dari daerah penyelidikan, dengan pelamparan sekitar 46.8%, ketinggian antara 95 sampai 100 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan rata-rata 15-20°. Satuan morfologi ini dicirikan dengan relief yang terbiku lemah dan memiliki pola aliran denritik. Batuan penyusun satuan ini berupa batulempung pasiran dan Endapan Kuarter.
Satuan perbukitan landai
Satuan ini menempari bagian timur laut daerah penelitian,
melampar sekitar 19.1% dengan ketinggian antara 60 sampai 75 meter di atas
permukaan laut, memiliki kemiringan rata-rata sekitar 5-10°.
Satuan perbukitan ini dicirikan oleh relief yang lemah dan mempunyai pola
penyaluran sub paralel. Satuan ini tersusun oleh batuan-batuan yang kurang
resisten dari Endapan Kuarter.
STRATIGRAFI
Satuan batuan metamorf
Satuan
ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu cerah sampai abu-abu kehitaman,
bersifat brittle dan dengan tekstur
foliasi, berstruktur genesan sampai sekisan, sebagian tempat mencirikan adanya
pola struktur augen, berukuran butir
lempung sampai dengan pasir, tekstur foliasi secara dominan tersusun oleh
mineral mika yang kadang memperlihatkan pola struktur augen kuarsa berukuran kerikilan. Sebagian anggota pada satuan ini
mengalami proses pengersikan pada batuan induk. Pada bagian paling atas dari satuan ini terdapat hornfels berwarna merah dengan urat-urat
kuarsa warna putih susu yang tidak termineralisasi. Satuan ini merupakan satuan
batuan tertua pada daerah penyelidikan yang berumur Pra Tersier. Satuan ini
melampar ± 35 % dari daerah penyelidikan.
Satuan Batulempung Pasiran
Satuan ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu
sampai abu-abu gelap, bersifat lempungan, tekstur klastik, mud supported, sortasi baik, kemas terbuka, berstruktur gradasi
normal. Anggota satuan batuan ini merupakan batulempung dengan susunan fragmen
batupasir, kuarsa konglomeratan, dan batulempung pasiran yang berukuran pasir
sedang sampai kerikilan, bentuk butir membundar tanggung sampai membundar,
tersusun sehingga membentuk struktur gradasi normal yang mengambang di dalam
matriks lempung berwarna abu-abu cerah sampai abu-abu gelap. Satuan ini
melampar ±15 % dari daerah penyelidikan.
Endapan Kuarter
Endapan ini terdiri dari endapan-endapan lepas lempung
berpasir sampai pasir berkerikil yang membentuk struktur berlapis dan
bergradasi normal. Fragmen-fragmen lepas berukuran kerakal-berangkal dan
dominan kerikil-pasir kasar berupa fragmen kuarsit, batuan terkersikan, mineral
kuarsa, mineral mika, mineral hematit, ilmenit, titanit dan mineral logam berat
lainnya yang mengambang di dalam matriks berukuran pasir sedang-lempung
berwarna coklat kehijauan. Beberapa singkapan memperlihatkan ketebalan yang
bervariasi antara 20 cm – 8 meter. Endapan ini diperkirakan merupakan hasil
dari proses pembentuk endapan alluvial purba berarus kuat dengan arah relatif
barat-timur. Endapan semacam ini sering disebut paleoalluvial yang terbentuk
pada Zaman Kuarter dan endapan alluvial recent
yang berada di sekitar sungai. Endapan paleoalluvial terbentuk karena adanya
arus transportasi yang kuat melewati penghalang berupa barisan gelombang di perbukitan bagian barat dan selatan
daerah penyelidikan telah mengakibatkan fragmen-fragmen kerikil-berangkal pada
bagian muka (front) dan didominasi
oleh endapan-endapan pasir-kerikil pada bagian belakang (back) lensa pengendapan. Arus
kuat yang berakibat gaya turbulensi serta putaran memusat menyebabkan
mineral-mineral logam berat banyak terendapkan. Satuan ini melampar ± 50
% dari daerah penyelidikan.
STRUKTUR GEOLOGI
Daerah penyelidikan termasuk bagian dari sistem pola
struktur Patahan Bungku yang memanjang arah relatif barat-barat laut–
timur-tenggara. Struktur patahan ini membentuk Pola Antiklinorium Lemah
Langkowala dengan orientasi sumbu antiklin-sinklin berarah relatif utara-selatan.
Struktur geologi tersebut diketahui berdasarkan pengamatan data lapangan. Hal
ini dapat dibuktikan di lapangan melalui perlapisan Endapan Kuarter yang
membentuk arah perlapisan relatif utara-selatan. Pada bagian barat daerah
penyelidikan terlihat beberapa perlapisan dengan kemiringan lapisan yang landai
atau sekitar 10º.
HASIL EKSPLORASI
Penentuan keterdapatan endapan emas letakan di daerah IUP
ditentukan melalui kegiatan pemetaan geologi yang meliputi kegiatan stream sediment sampling dan soil sampling. Penentuan penyebaran
utama endapan emas letakan dapat dicirikan dari nilai besar ukuran butir emas (colour of gold) berdasarkan skala
Wenworth (1922). Endapan emas memiliki ukuran butir antara ukuran sangat kasar (very
coarse colour) sampai ukuran sangat halus (very fine colour). Penyebaran endapan emas letakan di daerah
penyelidikan sebagian besar dijumpai di bagian barat daya sampai ke arah barat
laut.
REKONSTRUKSI GEOLOGI LAPISAN EMAS
Sebaran endapan mineral logam emas letakan pada daerah IUP
adalah sebagai Endapan Kuarter. Emas letakan pada satuan ini terdapat sebagai
bagian yang mengambang pada endapan lempung-pasir lepas. Karakter ini dapat
disebut sebagai endapan emas placer.
Endapan-endapan emas placer ini
terakumulasi dalam suatu tubuh paleoalluvial atau alluvial purba berumur
Kuarter. Pola penyebaran endapan
logam emas letakan daerah penyelidikan dikontrol oleh arus purba yang memiliki
arah relatif barat-timur dan mengalami gaya turbulensi karena adanya penghalang di bagian barat dan selatan daerah
penyelidikan sehingga memiliki endapan-endapan logam berat yang terakumulasi
akibat gerakan putar memusat.
Berdasarkan data-data di lapangan endapan logam
berat yang terakumulasi di dalam Endapan Kuarter mempunyai pengendapan dengan
ketebalan yang sangat bervariasi. Pada bagian barat daerah penyelidikan, endapan logam
mineral berat lebih dominan dibandingkan di sebelah timur.
KUALITAS EMAS
Dari lapisan pembawa emas di peroleh kandungan mineral
logam Emas (Au) 2.5 %, Ilminit 2 %, Rutil 0.1%, dan tembaga 2 %. Kadar emas di
daerah IUP cukup tinggi dari hasil penelitian di laboratorium bahwa 92-96
% emas dan sisanya mineral-mineral pengotor.
PERMODELAN EMAS
Endapan emas di daerah IUP berupa endapan emas pada
alluvial purba yang di temukan secara acak atau random di sekitar daerah lokasi
Kuasa Pertambangan. Hal ini kemunginan dikontrol oleh morfologi pada waktu itu
(peleomorfologi). Endapan-endapan ini
akan menebal pada cekungan atau lembah-lembah sungai dan akan menipis pada
cekungan-cekungan. Meskipun endapan emas ini terakumulasi pada endapan
paleoalluvial tetapi pada saat sekarang endapan emas ini juga di temukan pada
alluvial recent, terutama pada
lembah-lembah sungai aktif. Ketebalan endapan pembawa mineral logam berat pada
bagian barat-barat laut daerah penyelidikan adalah lebih tebal dibandingkan
dengan ketebalan di bagian timur. Ketebalan endapan pembawa emas sangat
bervariasi rata-rata 0,5 cm – 1 meter serta dengan tingkat kedalaman yang
berbeda atau bervariasi dari 5 meter sampai dengan 10 meter. Pengujian contoh
secara mikroskopis menunjukkan kehadiran mineral-mineral berat seperti ilmenit,
tembaga dan rutil.
Pak Yasir,
BalasHapusIUP emas aluvial ini masih available kah?
Trimakasih/salam,
Kamsul Hidayat
Bekasii