Sabtu, 22 Oktober 2016

Tambang Emas PT. Panca Logam Makmur


KESAMPAIAN DAERAH
 
PT. Panca Logam Makmur secara geografis terletak pada koordinat 04° 38’ 18.70”– 04° 38’ 55.10” Lintang Selatan dan 121° 53’ 7.30”–121° 54’ 59.6”  Bujur Timur. Secara administratif daearah penyelidikan terletak di bagian Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya berada pada Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Propinsi Sulawesi Tenggara. Dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan beroda dua atau beroda empat dengan jarak ±20 km dari Kota Bombana dan waktu tempuh ± 1 jam.





KEADAAN IKLIM

Lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) bahan galian emas PT. Panca Logam Makmur yang terletak di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara, secara klimatologi masuk kedalam Stasiun Hukaea. Perubahan yang mungkin terjadi akibat kegiatan pertambangan ini hanya pada iklim mikro. Kondisi iklim mikro ini meliputi temperatur, kelembaban dan evapotranspirasi yang kesemuanya dipengaruhi oleh curah hujan, hari hujan dan kecepatan angin. 
Berdasarkan hasil perhitungan data CH pada Stasiun Hukaea didapatkan curah hujan tahunan di Kecamatan Rarowatu Utara sebesar 743.1 mm/tahun, dan jumlah hari hujan sebesar 78.4 hari. Berdasarkan data curah hujan pada Satsiun Hukaea maka diperoleh curah hujan yang paling tertinggi terdapat pada bulan juni dengan rata-rata curah hujan 111.6 mm/bulan dan curah hujan yang terendah terdapat pada bulan oktober dengan rata-rata curah hujan sebesar 15.4 mm/bulan. 
Kondisi temperatur udara di Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana berkisar antara 23-27.3o C dengan kelembaban relatif bulanan selam 10 tahun terakhir berkisar 71.5-86.5 %. Evapotranspirasi berkisar 2.5-4.9 mm/hari. Kecepatan angin berkisar antara 4.6-7.7.

KEADAAN LINGKUNGAN 

Topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan bergelombang dengan ketinggian sekitar 75 sampai 400 m dpl. Daerah ini dialiri oleh sungai-sungai utama berupa Sungai Watu-watu dan Sungai Inotunowua.

GEOLOGI REGIONAL LOKASI IUP  
Secara fisiografi daerah IUP termasuk ke dalam dua mandala geologi yaitu mandala Sulawesi Timur dan Mandala Tukangbesi-Buton. Mandala Sulawesi Timur ditandai oleh batuan ultramafik, mafik dan batuan malihan sedangkan Mandala Tukangbesi-Buton ditandai oleh batuan sedimen pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan. Batuan tertua dari Mandala Anjungan Tukangbesi-Buton berupa batuan alas malihan yang terdiri dari sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amphibolit dan genes berumur Permo-Karbon. Di atasnya menindih tidak selaras Formasi Meluhu (Lembar Muna) yang terdiri dari batugamping hablur dengan sisipan filit dan setempat sisipan kalsilutit rijangan. Kedua formasi diperkirakan berumur Trias Akhir sampai Jura Awal. 
Di atas kedua mandala yang saling bersentuhan diendapkan secara tak selaras Formasi Langkowala yang terdiri dari batupasir dan konglomerat yang saling menjemari yang diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah. Diatasnya menindih selaras Formasi Eemoiko yang terdiri dari batugamping koral, kalkarenit, batupasir gamping, napal, dan Formasi Boepinang yang terdiri dari batulempung pasiran, napal pasiran dan batupasir. Kedua formasi tersebut berumur Miosen Akhir sampai Pliosen. Di atas kedua formasi ini ditindih tak selaras oleh Formasi Alangga yang terdiri dari konglomerat dan batupasir yang belum padat dan Formasi Buara terdiri dari terumbu koral, setempat lensa konglomerat dan batupasir yang belum terkonsolidasi sempurna. Kedua formasi ini saling menjemari berumur Pliosen. Satuan batuan termuda adalah endapan sungai, rawa, dan kolovium. 
Aktifnya kembali Sesar Sorong yang berarah hampir timur-barat pada Kala Oligosen, mengakibatkan terbentuknya sesar-sesar dan kelurusan pada lengan Sulawesi Tenggara (Simanjuntak  dkk, 1983). Diantaranya Sesar Lasolo berarah barat laut-tenggara merupakan sesar geser mengiri, dan Sesar Muna berarah barat laut-tenggara merupakan sesar geser menganan.
Adanya sesar sungkup yang terdapat di Pulau Kabaena yang berarah hampir barat timur mensesarsungkupkan kompleks ultramafik keatas kompleks pompangeo dan sedimen sedimen malihan Kabaena yang diduga terjadi pada Mesozoikum. Di daerah Buton Utara terdapat sesar utama berarah barat laut-tenggara yang mempunyai arah sejajar dengan arah memanjangnya tubuh batuan Pra Tersier dan sumbu cekungan sedimen Miosen. Tektonika di daerah ini berkembang sejak Pra Miosen (Formasi Tondo) dan berlanjut sampai Formasi Sampalakosa terendapkan. Pada akhir Oligosen Mintakat Buton bertubrukan dengan Mintakat Sulawesi Tenggara yang menyebabkan terjadinya perlipatan kuat dan sesar naik pada batuan Pra Miosen. Kegiatan ini diikuti dengan rumpang sedimentasi hingga Miosen Awal. Pada Miosen Tengah terbentuk Formasi Tondo yang bercirikan endapan darat pada Buton Utara. Sedangkan pada Buton Tengah berupa endapan turbidit distal. Sedimentasi berlanjut pada Pliosen dengan terendapakannya Formasi Sampolakosa. Kegiatan tektonik pada Plio-Pleistosen mengakibatkan terlipatnya batuan Pra Pliosen dan menggiatkan kembali sesar yang terbentuk sebelumnya. 





GEOMORFOLOGI

Satuan perbukitan curam 

Satuan ini menempati bagian Selatan dari daerah penyelidikan, dengan pelamparan sekitar 34%, dengan ketinggian antara 100 sampai 300 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan rata-rata 35-55 °  Satuan morfologi ini dicirikan dengan relief yang terbiku kuat dan memiliki pola aliran denritik. Batuan penyusun batuan ini berupa batuan resisten dari batuan metamorfik.  

Satuan perbukitan agak curam

Satuan ini menempati bagian tengah dari daerah penyelidikan, dengan pelamparan sekitar 46.8%, ketinggian antara 95 sampai 100 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan rata-rata 15-20°. Satuan morfologi ini dicirikan dengan relief yang terbiku lemah dan memiliki pola aliran denritik. Batuan penyusun satuan ini berupa batulempung pasiran dan Endapan Kuarter.

Satuan perbukitan landai 

Satuan ini menempari bagian timur laut daerah penelitian, melampar sekitar 19.1% dengan ketinggian antara 60 sampai 75 meter di atas permukaan laut, memiliki kemiringan rata-rata sekitar 5-10°. Satuan perbukitan ini dicirikan oleh relief yang lemah dan mempunyai pola penyaluran sub paralel. Satuan ini tersusun oleh batuan-batuan yang kurang resisten dari Endapan Kuarter.





STRATIGRAFI 
Satuan batuan metamorf
Satuan ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu cerah sampai abu-abu kehitaman, bersifat brittle dan dengan tekstur foliasi, berstruktur genesan sampai sekisan, sebagian tempat mencirikan adanya pola struktur augen, berukuran butir lempung sampai dengan pasir, tekstur foliasi secara dominan tersusun oleh mineral mika yang kadang memperlihatkan pola struktur augen kuarsa berukuran kerikilan. Sebagian anggota pada satuan ini mengalami proses pengersikan pada batuan induk. Pada bagian paling atas dari satuan ini terdapat hornfels berwarna merah dengan urat-urat kuarsa warna putih susu yang tidak termineralisasi. Satuan ini merupakan satuan batuan tertua pada daerah penyelidikan yang berumur Pra Tersier. Satuan ini melampar ± 35 % dari daerah penyelidikan.
Satuan Batulempung Pasiran
Satuan ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap, bersifat lempungan, tekstur klastik, mud supported, sortasi baik, kemas terbuka, berstruktur gradasi normal. Anggota satuan batuan ini merupakan batulempung dengan susunan fragmen batupasir, kuarsa konglomeratan, dan batulempung pasiran yang berukuran pasir sedang sampai kerikilan, bentuk butir membundar tanggung sampai membundar, tersusun sehingga membentuk struktur gradasi normal yang mengambang di dalam matriks lempung berwarna abu-abu cerah sampai abu-abu gelap. Satuan ini melampar ±15 % dari daerah penyelidikan.

Endapan Kuarter
Endapan ini terdiri dari endapan-endapan lepas lempung berpasir sampai pasir berkerikil yang membentuk struktur berlapis dan bergradasi normal. Fragmen-fragmen lepas berukuran kerakal-berangkal dan dominan kerikil-pasir kasar berupa fragmen kuarsit, batuan terkersikan, mineral kuarsa, mineral mika, mineral hematit, ilmenit, titanit dan mineral logam berat lainnya yang mengambang di dalam matriks berukuran pasir sedang-lempung berwarna coklat kehijauan. Beberapa singkapan memperlihatkan ketebalan yang bervariasi antara 20 cm – 8 meter. Endapan ini diperkirakan merupakan hasil dari proses pembentuk endapan alluvial purba berarus kuat dengan arah relatif barat-timur. Endapan semacam ini sering disebut paleoalluvial yang terbentuk pada Zaman Kuarter dan endapan alluvial recent yang berada di sekitar sungai. Endapan paleoalluvial terbentuk karena adanya arus transportasi yang kuat melewati penghalang berupa barisan gelombang di perbukitan bagian barat dan selatan daerah penyelidikan telah mengakibatkan fragmen-fragmen kerikil-berangkal pada bagian muka (front) dan didominasi oleh endapan-endapan pasir-kerikil pada bagian belakang (back) lensa pengendapan. Arus kuat yang berakibat gaya turbulensi serta putaran memusat menyebabkan mineral-mineral logam berat banyak terendapkan. Satuan ini melampar ± 50 % dari daerah penyelidikan.

STRUKTUR GEOLOGI
Daerah penyelidikan termasuk bagian dari sistem pola struktur Patahan Bungku yang memanjang arah relatif barat-barat laut– timur-tenggara. Struktur patahan ini membentuk Pola Antiklinorium Lemah Langkowala dengan orientasi sumbu antiklin-sinklin berarah relatif utara-selatan. Struktur geologi tersebut diketahui berdasarkan pengamatan data lapangan. Hal ini dapat dibuktikan di lapangan melalui perlapisan Endapan Kuarter yang membentuk arah perlapisan relatif utara-selatan. Pada bagian barat daerah penyelidikan terlihat beberapa perlapisan dengan kemiringan lapisan yang landai atau sekitar 10º. 

HASIL EKSPLORASI
Penentuan keterdapatan endapan emas letakan di daerah IUP ditentukan melalui kegiatan pemetaan geologi yang meliputi kegiatan stream sediment sampling dan soil sampling. Penentuan penyebaran utama endapan emas letakan dapat dicirikan dari nilai besar ukuran butir emas (colour of gold) berdasarkan skala Wenworth (1922). Endapan emas memiliki ukuran butir antara ukuran sangat kasar (very coarse colour) sampai ukuran sangat halus (very fine colour). Penyebaran endapan emas letakan di daerah penyelidikan sebagian besar dijumpai di bagian barat daya sampai ke arah barat laut.

REKONSTRUKSI GEOLOGI LAPISAN EMAS
Sebaran endapan mineral logam emas letakan pada daerah IUP adalah sebagai Endapan Kuarter. Emas letakan pada satuan ini terdapat sebagai bagian yang mengambang pada endapan lempung-pasir lepas. Karakter ini dapat disebut sebagai endapan emas placer. Endapan-endapan emas placer ini terakumulasi dalam suatu tubuh paleoalluvial atau alluvial purba berumur Kuarter. Pola penyebaran endapan logam emas letakan daerah penyelidikan dikontrol oleh arus purba yang memiliki arah relatif barat-timur dan mengalami gaya turbulensi karena adanya penghalang di bagian barat dan selatan daerah penyelidikan sehingga memiliki endapan-endapan logam berat yang terakumulasi akibat gerakan putar memusat. 

Berdasarkan data-data di lapangan endapan logam berat yang terakumulasi di dalam Endapan Kuarter mempunyai pengendapan dengan ketebalan yang sangat bervariasi. Pada bagian barat daerah penyelidikan, endapan logam mineral berat lebih dominan dibandingkan di sebelah timur.




KUALITAS EMAS 
Dari lapisan pembawa emas di peroleh kandungan mineral logam Emas (Au) 2.5 %, Ilminit 2 %, Rutil 0.1%, dan tembaga 2 %. Kadar emas di daerah IUP cukup tinggi dari hasil penelitian di laboratorium bahwa 92-96 % emas dan sisanya mineral-mineral pengotor.

PERMODELAN EMAS
Endapan emas di daerah IUP berupa endapan emas pada alluvial purba yang di temukan secara acak atau random di sekitar daerah lokasi Kuasa Pertambangan. Hal ini kemunginan dikontrol oleh morfologi pada waktu itu (peleomorfologi). Endapan-endapan ini akan menebal pada cekungan atau lembah-lembah sungai dan akan menipis pada cekungan-cekungan. Meskipun endapan emas ini terakumulasi pada endapan paleoalluvial tetapi pada saat sekarang endapan emas ini juga di temukan pada alluvial recent, terutama pada lembah-lembah sungai aktif. Ketebalan endapan pembawa mineral logam berat pada bagian barat-barat laut daerah penyelidikan adalah lebih tebal dibandingkan dengan ketebalan di bagian timur. Ketebalan endapan pembawa emas sangat bervariasi rata-rata 0,5 cm – 1 meter serta dengan tingkat kedalaman yang berbeda atau bervariasi dari 5 meter sampai dengan 10 meter. Pengujian contoh secara mikroskopis menunjukkan kehadiran mineral-mineral berat seperti ilmenit, tembaga dan rutil. 








1 komentar:

  1. Pak Yasir,
    IUP emas aluvial ini masih available kah?

    Trimakasih/salam,

    Kamsul Hidayat
    Bekasii

    BalasHapus